FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA PRILAKU MENYIMPANG DALAM MASYARAKAT
Tugas
Oleh
:
Mata
Kuliah : Sosiologi
Hukum
Nama : Muhammad Maulana Ksw
Nim : 502010367
Nama Dosen : Indra Jaya,
SH, MH
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2013
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum,
Wr. Wb
Saya panjatkan puji syukur Kepada Allah SWT,
karena berkat Rahmat dan Berkahnya mampu menyelesaikan Skripsi dalam bentuk
makalah ini yang berjudul FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PRILAKU MENYIMPANG DALAM MASYARAKAT dan
saya ucapkan kepada pihak yang telah membantu dalam memberi penjelasan materi
makalah ini.
Mengingat makalah mungkin jauh dari
kesempurnaannya diperlukan kritik dan saran agar kekurangan itu menjadi lebih
baik lagi, semoga makalah ini bermanfaat, sekian dan terimakasih.
Penyusun,
Palembang 10 Desember 2013
SURAT
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :M. Maulana
NIM :
502010367
Program Studi :
Ilmu Hukum
Menyatakan bahwa karya ilmiah / makalah saya yang
berjudul :
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PRILAKU MENYIMPANG DALAM MASYARAKAT
Adalah
bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagaian maupun keseluruhan,
kecuali dalam bentuk daftar pustaka yang telah Saya sebutkan sumbernya.
Demikian
surat pernyataan ini Saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, Saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Pelembang, 10 Desember 2013
Yang
menyatakan,
M.
Fajri Ilham F
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………...…..
1
Kata Pengantar……………………………………………………………….…... 2
Surat Pernyataan…………………………………………………………….…… 3
Daftar Isi…………..………………………………………………………………. 4
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………..…. 5
B.
Permasalahan……………………………………………………………..…
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Prilaku Menyimpang…………………………………………….9
B.
Bentuk
dan Sifat Prilaku Mneyimpang…………………..…..…………… 10
C.
Macam-macam
Prilaku Menyimpang……………………….……………. 11
D.
Teori-teori
Prilaku Menyimpang………………………………………….. 14
BAB III PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya prilaku menyimpang dalam
masyarakat………………………………………………………………….17
B.
Pencegahan
Terjadinya Prilaku Menyimpang Dalam Masyarakat……..… 19
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………23
B.
Saran……………………………………...………………………………..
23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak perilaku menyimpang
yang dapat kita jumpai di masyarakat. Mulai dari tawuran pelajar, seks bebas,
penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya. Tidak sedikit dari kita yang tidak
asing dengan kata perilaku menyimpang, akan tetapi tidak mengetahui apa yang di
maksud dengan perilaku menyimpang tersebut. Maka dari itu tema yang saya angkat
saat ini adalah tentang perilaku menyimpang.
Perilaku
menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan
sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau
kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun
pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku perbuatan atau
tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua
tindakan dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan
masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa
menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut
ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa
ahli sosiologi:
- Menurut James Worker Van Der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
- Menurut Robert Muhamad Zaenal lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam system itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
- Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
4. Menurut
Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu
bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan
terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu
lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder
yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan
umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba,
menjadi pelacur, dan lain-lain.
Sebelum mempelajari lebih lanjut tentang
penyimpangan sosial, alangkah baiknya kita mengetahui makna penyimpangan sosial
terlebih dahulu. Terkadang kita tidak mengetahui apakah tindakan kita sudah
benar atau tidak di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan ini kita defenisikan
pengertian Perilaku penyimpangan (deviasi sosial) sebagai suatu bentuk perilaku
yang tidak sesuai, melanggar, atau menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga perilaku menyimpang dapat terjadi di
mana saja, baik di keluarga maupun di masyarakat. Jadi, hal inilah menjadi
tolak ukur kita, apakah tindakan kita menyimpang atau sudah sesuai dengan
keinginan masyarakat atau justru tidak diinginkan oleh masyarakat. Dengan
perkataan lain, penyimpangan sosial (deviasi sosial) adalah semua tindakan yang
tidak berhasil menyesuaikan diri (comformity) terhadap kehendak masyarakat.
Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang
tidak menyesuaikan diri
dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan
atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut divian (deviant).
dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan
atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut divian (deviant).
Pada masyarakat tradisional penyimpangan jarang
sekali terjadi dan dapat
dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa semakin
banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak
lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial.
Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga
bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma
sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu
masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang
memiliki norma dan nilai yang berbeda.
dikendalikan. Sebaliknya, pada masyarakat modern, penyimpangan dirasa semakin
banyak dan bahkan seringkali menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pihak
lainnya. Salah satu bentuk penyimpangan adalah penyimpangan sosial.
Seperti halnya kebudayaan yang bersifat relatif maka penyimpangan sosial juga
bersifat relatif. Artinya, penyimpangan sosial sangat tergantung pada nilai dan norma
sosial yang berlaku. Suatu tingkah laku dapat dikatakan menyimpang oleh suatu
masyarakat, namun belum tentu dianggap menyimpang oleh masyarakat lain yang
memiliki norma dan nilai yang berbeda.
Penyimpangan sosial terlihat dalam bentuk perilaku
menyimpang. Perilaku
menyimpang disebut nonkonformitas. Jadi, pada dasarnya perilaku menyimpang
adalah perilaku yang menyimpang atau sifat sesuai dengan norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat atau kelompok, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang
berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang
berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi
sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang.
Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai
berikut.
1. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah
tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
menyimpang disebut nonkonformitas. Jadi, pada dasarnya perilaku menyimpang
adalah perilaku yang menyimpang atau sifat sesuai dengan norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat atau kelompok, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang
berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang
berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi
sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang.
Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai
berikut.
1. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah
tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.
2.
Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang
tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal
mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka
mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
3. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah
bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri,
merampok, menodong, dan lain-lain.
tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal
mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka
mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.
3. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah
bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri,
merampok, menodong, dan lain-lain.
4.
Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya
penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam
kompleks prostitusi.
penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-
kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam
kompleks prostitusi.
5. Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran
TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.
Tentang pengaruh dan faktor0faktor yang mempengaruhi
prilaku menyimpang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini sebagai berikut.
B. Permasalahan
1.
Apa Faktor-faktor penyebab terjadinya
prilaku menyimpang dalam masyarakat?
2.
Bagaimana mencegah terjadinya prilaku
menyimpang dalam masyarakat?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
prilaku menyimpang
Perilaku
menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Atau dengan kata lain penyimpangan (deviation)
adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
terhadap kehendak masyarakat.
Berikut
beberapa teori yang menyatakan bahwa penyimpangan adalah perilaku yang
didefinisikan secara sosial.
1.
Korblum
Penyimpangan
tidak hanya dapat dikategorikan kepada individu atau masyarakat dengan kategori
deviance (penyimpangan) dan deviant (penyimpang), tetapi akan dijumpai pula
yang disebut dengan institusi menyimpang atau deiant institution. Contoh yang
dikemukakan oleh Korblum terkait dengan organized crime atau kejahatan
terorganisir seperti sindikat pengedaran narkoba.
2.
James W. Van der Zanden
Penyimpangan
perilaku merupakan tindakan yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi
3. Robert M.Z Lawang
Perilaku
menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial.
4. Soerjono Soekanto
Perilaku
menyimpang dapat dimaknai sebagai kecenderungan untuk menyimpang dari suatu
norma atau tidak patuh terhadap suatu norma tertentu.
5. Tuti Budi Rahayu
perilaku
menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak
sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, ataupun norma sosial yang berlaku.
Secara umum, yang digolongkan
sebagai perilaku menyimpang (Narwoko, 2006), antara lain:
1.
Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
atau norma-norma yang ada. Contohnya, memakai sandal butut ke acara resmi,
membolos sekolah, merokok di area bebas rokok, membuang sampah sembarangan, dan
sebagainya.
2.
Tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan
masyarakat atau kepentingan umum. bentuk tindakannya seperti, menarik diri dari
pergaulan, menolak untuk berteman, keinginan bunuh diri, dan lain sebagainya.
3.
Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang secara nyata telah melanggar
aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.
contohnya, pencurian, perampokan, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan
sebagainya
4.
Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan secara nyata telah melanggar aturan
hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. contohnya,
pencurian, perampokan, penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, dan sebagainya.
B. Bentuk
dan Sifat-sifat Prilaku Menyimpang
Menurut
Edwin M. Lemert (1951), perilaku menyimpang dapat dibedakan atas dua bentuk,
yaitu:
1.
Perilaku Menyimpang Primer (primary deviation) yaitu penyimpangan yang
dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih diterima masyarakat. Ciri-ciri
penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara
berulang-ulang, dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat.
2.
Perilaku Menyimpang Sekunder (secondary deviation) yaitu penyimpangan
yang dilakukan secara terus menerus, penyimpangan ini tidak bisa ditolerir oleh
masyarakat sebab sudah mengarah pada tindak kejahatan atau kriminalitas.
Sedang
berdasarkan sifat penyimpangan, yaitu penyimpangan yang bersifat positif dan
penyimpangan yang bersifat negatif.
1. Penyimpangan yang bersifat
positif
Adalah penyimpangan yang mempunyai
dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur inovatif,
kreatif, dan memperkaya alternatif. Penyimpangan demikian umumnya dapat
diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi
wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan banyak wanita karier.
2. Penyimpangan yang bersifat
negatif
Dalam penyimpangan ini, pelaku
bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk
serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan di dicela dan tidak
diterima oleh masyarakat. Bobot penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial
yang dilanggar.
Contoh:
a.
Seseorang yang terbukti melakukan pembunuhan setelah diproses melalui
pengadilan dapat diancam hukuman minimal delapan tahun penjara.
b.
Seseorang yang terbukti melakukan perkosaan dan pembunuhan yang direncanakan
dapat dijatuhi hukuman seumur hidup.
c.
Seorang koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang dimilikinya kepada
negara, juga tetap dikenakan hukuman penjara.
C. Macam-macam
Prilaku Menyimpang
Perilaku
menyimpang dapat kita golongkan atas tindakan kriminal atau kejahatan,
penyimpangan seksual, penyimpangan dalam bentuk pemakaian, dan pengedaranobat
terlarang, serta penyimpangan dalam gaya hidup.
1. Tindakan kriminal atau
kejahatan
Tindak kriminal maupun kejahatan
umumnya bertentangan dengan norma sosial, dan norma agama yang berlaku di
masyarakat. Yang termasuk ke dalam tindakan kriminal antara lain: pencurian,
penganiayaan, pembunuhan, penipuan, pemerkosaan, dan perampokan. Tindakan
kejahatan ini biasanya menyebabkan pihak lain kehilangan harta benda, cacat
tubuh bahkan kehilangan nyawa. Tindak kejahatan mencakup pula semua kegiatan
yang dapat mengganggu keamanan dan kestabilan negara, seperti korupsi, makar,
subversi, dan terorisme.
Emile Durkheim menyebut penyimpangan
sebagai kejahatan, sedangkan ahli sosiologi lain membuat klasifikasi berbeda.
Light, Keller, dan Calhoun membdedakan tipe kejahatan menjadi empat yaitu:
a. Kejahatan tanpa
korban (crime without victim)
Kejahatan ini tidak mengakibatkan
penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Contoh perbuatan
berjudi, penyalahgunaan obat bius, mabuk-mabukan, hubungan seks yang tidak sah
yang dilakukan secara sukarela oleh orang dewasa. Meskipun tidak membawa
korban, perilaku-perilaku ini tetap dogolongkan sebagai perilaku menyimpang oleh
masyarakat. Kejahatan seperti ini dapat mengorbankan orang lain apabila
menyebabkan tindakan negatif lebih lanjut misalnya, seseorang ingin berjudi
tapi karena tidak memiliki uang lalu mencuri harta orang lain, atau perilaku
seks yang menimbulkan HIV/AIDS dan menularkannya pada orang lain.
b. Kejahatan terorganisasi (organized
crime)
Pelaku kejahatan merupakan komplotan
yang secara berkesinambungan melakukan berbagai
cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum.
Misalnya komplotan korupsi, penyediaan jasa pelacur, perjudian gelap, penadah
barang curian, atau peminjaman uang dengan bunga tinggi (rentenir). Kejahatan
terorganisasi yang melibatkan hubungan antarnegara disebut kejahatan
terorganisasi transnasional. Contoh penjualan bayi ke luar negeri, penjualan
perempuan ke Jepang atau Thailand, atau jaringan narkoba internasional.
c. Kejahatan kerah putih
(white collar crime)
Kejahatan ini merupakan tipe
kejahatan yang mengacu pada kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau
orang yang berstatus tinggi dalam rangka pekerjaannya. Contoh, penghindaran
pajak, penggelapan uang perusahaan oleh pemilik perusahaan, atau pejabat negara
yang melakukan korupsi.
d. Kejahatan korporat (corporate
crime)
Kejahatan ini merupakan jenis
kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan
keuntungan atau menekan kerugian. Misalnya, suatu perusahaan membuang limbah
racun ke sungai dan mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai jenis
penyakit.
2. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual Adalah perilaku
seksual yang tidak lazim dilakukan. Beberapa jenis penyimpangan seksual antara
lain perzinahan, lesbianisme, homoseksual, kumpul kebo, sodomi,
transvestitisme, sadisme, dan pedophilia.
a. Perzinahan adalah
hubungan seksual di luar nikah
b. Lesbianisme adalah hubungan
seksual yang dilakukan oleh sesama wanita
c. Homoseksual adalah
hubungan seksual yang dilakuakn oleh sesama laki-laki
d. Kumpul kebo adalah hidup
seperti suami istri tanpa nikah
e. Sodomi adalah
hubungan seks melalui anus
f.
Transvestitisme adalah memuaskan keinginan seks dengan mengenakan pakaian lawan
jenis
g. Sadisme adalah pemuasan
seks dengan menyakiti orang lain
h.
Pedophilia adalah memuaskan keinginan seks dengan mengadakan kontak seksual
dengan anak-anak.
3. Pemakaian dan Pengedaran
Obat Terlarang
Penyimpangan
dalam bentuk pemakaian dan pengedaran obat terlarang merupakan bentuk
penyimpangan dari nilai dan norma sosial maupun agama. Akibat negatifnya bukan
hanya pada kesehatan fisik dan mental seseorang, tetapi lebih jauh pada
eksistensi sebuah negara. Sebuah negara yang terdiri dari manusia-manusia yang
memiliki kesehatan mental dan fisik yang rendah tidak akan mampu berkompetensi dengan
negara-negara lain yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
contoh obat terlarang adalah narkotika (ganja, candu, putaw), psikotropika
(estasy, amphetamine, magadon), dan alkohol.
Penyalahgunaan obat-obat terlarang
memang lebih banyak terjadi pada kaum remaja karena perkembangan emosi mereka
yang belum stabil, cenderung ingin mencoba, kepribadian yang cenderung asosial
(tidak mempertimbangkan orang lain, kondisi kecemasan atau depresi, situasi
keluarga yang tidak harmonis, salah memilih teman, obat-obatan mudah diperoleh,
dan sebagainya.
Menurut Dr. Graham Baliance, kaum
remaja lebih mudah terjerumus pada penggunaan anrkotika karena faktor-faktor
berikut:
a.
Ingin membuktikan keberanian dalam melalukan tindakan berbahaya seperti kebut-kebutan,
berkelahi, dan mengancam.
b.
Ingin menunjukkan tindakan menentang orangtua yang otoriter atau siapa saja
yang dianggap tidak sepaham dengan dirinya.
c. Ingin melepaskan diri
dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional
d. Ingin mencari dan menemukan
arti hidup
e.
Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan (tidak memiliki banyak aktivitas di luar
sekolah)
f.
Ingin menghilangkan kegelisahan
g. Solidaritas diantara kawan
h. Ingin tahu dan iseng
4. Penyimpangan dalam Bentuk
Gaya Hidup
Penyimpangan
dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya antara lain sikap arogansi dan
eksentrik. Sikap arogansi antara lain kesombongan terhadap sesuatu yang
dimilikinya seperti kekayaan, kekuasaan, dan kepandaian. Sikap arogansi bisa
saja dilakukan oleh seseorang yang ingin menutupi kekurangan yang dimilikinya.
Sikap eksentrik ialah perbuatan yang menyimpang dari biasanya sehingga dianggap
aneh, seperti anak laki-laki memakai anting-anting atau benda lainnya yang biasa
dikenakan wanita, atau seniman dan penuda yang berambut panjang.
D. Teori-teori
Prilaku Menyimpang
1.
Teori differential association (Edwin H. Sutherland). Edward memandang bahwa
perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda (diffrential
assosiation), artinya seorang individu mempelajari suatu perilaku meyimpang dan
interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal,
kelompok, atau budaya.
Apabila diperinci, asosiasi difrensial memiliki sembilan
perposisi, antara lain:
1. Perilaku menyimpang
merupakan hasil dari proses belajar atau yang dipelajari
2.
Perilaku menyimpang dipelajari oleh seseorang dalam interaksinya dengan orang
lain.
3. Perilaku menyimpang terjadi
dalam kelompok personal yang intim dan akrab.
4.
Hal-hal yang dipelajari dalam proses terbentuknya perilaku menyimpang adalah
teknis teknis penyimpangan dan petunjuk khusus tentang motif perilaku
menyimpang.
5. petunjuk petunjuk tsb.
Dipelajari dari definisi norma yang babik atau buruk.
6.
seorang yang melakukan penyimpangan karena lebih menguntungkan bila ia
melakukan penyimpangan.
7. Terbentuknya asosiasi
difrensial bervariasi.
8.
perilaku menyimpang melibatkan seluruh mekanisme yang berlaku dalam proses
belajar.
9. perilaku menyimpang tidak
dapat dijelaskan melalui kebutuhan dan nilai umum.
2. Teori Labeling
Teori-teori
umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan semua bentuk penyimpangan. Tetapi
teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas. Beberapa
teori terbatas adalah untuk jenis penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk
substantif penyimpangan tertentu (seperti alkoholisme dan bunuh diri), atau
dibatasi untuk menjelaskan tindakan menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam
bab ini perpektif-perpektif labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh
teori-teori terbatas yang didiskusikan.
Perspektif
labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada
konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini
memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan, sebab
pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran
penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma
dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder,
khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali
ke dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan
individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label
yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.
3. Teori Anomie
Teori
anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang paling penting selama
lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai
dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, di mana tujuan-tujuan
budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai
tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu
harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi
sebuah penyimpangan. Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam
waktu yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan.
Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini
(misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan
daripada kelompok lainnya. Robert K merton : mengkaji pada jenjang makro yaitu
pada jenjang stuktur sosial:
a. Konformitas : pelaku
mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat.
b.
Inovasi : terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan
nilai2 budaya dan diidam2kan masyarakat tetapi menolak norma2 atau kaidah2 yang berlaku.
nilai2 budaya dan diidam2kan masyarakat tetapi menolak norma2 atau kaidah2 yang berlaku.
c.
Ritualisme :Terjadi apabila seseorang menerima cara - cara yang diperkenankan
secara kultural tetapi menolak tujuan - tujuan kebudayaan.
d.
Retreatism (pengasingan diri) : timbul apabila seseorang menolak tujuan –
tujuan yang disetujui maupun cara2 pencapaian tujuan itu.
e.
Rebellion (pemberontakan) : terjadi apabila orang menolak sarana maupun tujuan
yang disahkan oleh kebudayaan dan menggantikannya dengan yang lain.
4. Teori Kontrol
Perspektif
kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan
kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan
individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial.
Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung
melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional.
Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali
kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial
sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk
menyimpang.
5. Teori Konflik
Teori
konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling banyak
diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga digunakan dalam bentuk-bentuk
penyimpangan lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma, peraturan dan hukum
daripada penjelasan perilaku yang dianggap melanggar peraturan. Peraturan
datang dari individu dan kelompok yang mempunyai kekuasaan yang mempengaruhi
dan memotong kebijakan publik melalui hukum. Kelompok-kelompok elit menggunakan
pengaruhnya terhadap isi hukum dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana.
Norma sosial lainnya mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat
berkuasa membuat norma mereka menjadi dominan, misalnya norma yang menganjurkan
hubungan heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras, menghindari bunuh diri
karena alasan moral.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Prilaku Menyimpang dalam Masyarakat
Secara
umum ada sejumlah faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang dalam
masyarakat, antara lain:
1. Longgar atau tidaknya nilai
dan norma
Ukuran
perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut
pengertiannumum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya nilai dan norma
sosial masyarakat. Nilai dan norma sosial mayarakat yang satu berbeda dengan
nilai dan norma masyarakat lain. misalnya hidup bersama tanpa ikatan perkawinan
(kumpul kebo) di Indonesia dianggap penyimpangan, namun di masyarakat Barat
merupakan hal yang biasa.
2. Sosialisasi yang tidak
sempurna
Di
masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga
menimbulkan perilaku menyimpang. Contohnya, dalam keluarga, orangtua idealnya
bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi teladan. Namun kadangkala yang
terjadi, orang tua justru memberi contoh yang salah, seperti merokok atau
berkata kasar. Anak yang melihatnya sangat mungkin akan mengikuti perilaku
menyimpang.
3. Sosialisasi sub kebudayaan
menyimpang
Perilaku
menyimpang dapat juga terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub
kebudayaan menyimpang, yaitu sesuatu kebudayaan khusus yang normanya
bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan atau pada umunya. Contoh,
masyarakat yang tinggal di lokalisasi prostitusi, masalah etika dan estetika
kurang diperhatikan, sering cekcok, mengeluarkan kata-kata kotor, serta
melakukan perbuatan asusila. Hal itu oleh masyarkat umum dianggap perilaku
menyimpang.
Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang
tidak terjadi begitu saja tanpa ada sebab-sebab yang menyertainya, karena
perilaku menyimpang berkembang melalui suatu periode waktu-waktu tertentu
sebagai hasil dari serangkaian tahapan interaksisosial dan adanya kesempatan
untuk berperilaku menyimpang.
Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku
menyimpang antara lain yaitu:
a. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.
a. Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap Norma-Norma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan resiko yang terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku.
Contoh perilaku menyimpang akibat ketidaksempurnaan
proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anak-anak yang melakukan kejahatan
cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak, artinya ia mengalami
ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm keluarganya.
b.
Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena melalui
interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang memiliki
perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman dalam hal menyimpang.
c. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang.
c. Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan, maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang.
Contoh pada masyarakat feodal tuan tanah memiliki
kekuasaan istimewa atas warga yang berstatus buruh tani atau penyewa sehingga
tuan tanah dapat melakukan tindakan sewenang-wenang pada para buruh atau
penyewa tanah yaitu dengan menurunkan upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila
kesewenang-wenangan itu terjadi secara terus-menerus, maka dapat memicu terjadinya
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh buruh dan penyewa tanah yaitu dengan
melakukan kekerasan, perlawanan, penipuan, atau bahkan pembunuhan.
d.
Ikatan Sosial yang Berlainan
e.
Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang
B.
Pencegahan
Terjadinya Prilaku Menyimpang dalam Masyarakat
Ada pepatah yang mengatakan bahwa mencegah lebih baik daripada
mengobati. Demikian halnya dalam menghadapi begitu banyak kasus penyimpangan
sosial yang terjadi di tengah masyarakat, perlu adanya upaya pencegahan sejak
dini. Kenyataan menunjukkan bahwa tindakan represif petugas penertiban kepada
para pelaku penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat ternyata tidak
membuat para pelaku penyimpangan sosial jera. Ibaratnya patah tumbuh hilang
berganti, satu diberantas yang lainnya bermunculan.
1.
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
dalam Keluarga
Keluarga
merupakan tempat awal seseorang menyerap nilai- nlai dan norma-norma sosial.
Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Segala bentuk perilaku
yang dilakukan seseorang erat kaitannya dengan sikap mental kepribadiannya.
Keluarga sebagai peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sangat
berperan besar dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha pencegahan
terhadap segala bentuk perilaku menyimpang. Adapun bentuk-bentuk upaya
pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga antara lain:
a. Melalui penanaman nilai-nilai dan norma agama
Setiap
orang tua memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak-anaknya sesuai
dengan agama dan keyakinan yang ia anut. Oleh karena itu, orang tua memiliki
kewajiban mengarahkan anak-anaknya untuk berperilaku sesuai dengan agama yang
dianutnya.
Apabila
proses penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam ajaran agama
dapat ditanamkan sejak dini kepada diri anak-anak, maka ia akan memiliki sikap
mental yang kokoh, sehingga tidak tergiur untuk melakukan perilaku menyimpang
meskipun dalam situasi yang sangat sulit. Sebab salah satu ciri khas orang yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kuat dan tabah
menghadapi berbagai cobaan dan tetap bersandarkan kepada kekuasaan Tuhan dalam
bentuk tetap taat menjalankan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
b. Menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga
Bagi seorang anak, orang tua adalah sandaran hidupnya. Sebelum mengenal
orang lain, seorang anak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua.
Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang terpenuhi dari keluarga
menjadikan anak merasa betah di rumah dan tidak mencari perhatian dan
kesenangan di luar rumah. Kenakalan remaja tumbuh karena anak merasa tidak
memperoleh perhatian yang cukup dari orang tua, sehingga ia melakukan apa yang
dianggapnya menyenangkan di luar rumah.
c.
Keteladanan orang tua
Meskipun belum ada penelitian yang menyatakan bahwa or- ang tua yang
berperilaku menyimpang akan menurunkan anak-anak yang berperilaku menyimpang
pula, namun yang pasti adalah anak-anak membutuhkan sosok idola bagi
pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Jika dalam keseharian orang tua
menunjukkan perilaku yang menyimpang, misalnya merokok, meminum minuman keras,
berjudi, maka secara tidak sadar anak telah terbiasa mengalami sosialisasi
terhadap subkebudayaan menyimpang tersebut. Karena kebiasaan merokok dilakukan
oleh orang tuanya, maka anak menganggap bahwa merokok merupakan perilaku yang
wajar dilakukan oleh orang tua, sehingga dalam benak anak berkembang paham yang
keliru bahwa merokok merupakan salah satu ciri-ciri kedewasaan. Bahkan tidak
mustahil karena banyaknya orang-orang dewasa di sekitarnya yang merokok membuat
anak terpengaruh meskipun orang tua di rumah tidak merokok. Mengapa demikian?
Meniru hal yang baik bukan sesuatu yang mudah, tetapi meniru hal-hal yang buruk
dan menyimpang bukan hal yang sulit. Maka orang tua kadangkala terkejut ketika
mengetahui bahwa anaknya di sekolah terlibat tawuran, padahal di rumah dikenal
sebagai anak yang penurut, pendiam, rajin, dan taat beribadah seperti yang
dicontohkan orang tuanya.
2.
Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial
dalam Masyarakat
Kalian mungkin pernah melihat tayangan di televisi, saat seorang pelaku
tindak kejahatan diwawancarai, ia mengatakan telah khilaf melakukan kejahatan
karena terpengaruh oleh media massa yang memuat tentang tindak kejahatan.
Demikian pula pengakuan para pecandu narkoba maupun pelaku kenakalan remaja
yang menjadikan pengaruh lingkungan sebagai kambing hitam penyebab ia
terjerumus.
Bisa saja apa yang diungkapkan pelaku penyimpangan itu merupakan alibi
(alasan) agar ia dibebaskan dari sanksi hukum, tetapi tidak menutup kemungkinan
apa yang diungkapkan itu merupakan sebuah kebenaran.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas bahkan
tergantung pada lingkungan sosialnya. Jika dalam kehidupan masyarakat, perilaku
menyimpang dianggap hal yang biasa atau wajar, maka akan bermunculanlah
pelaku-pelaku penyimpangan sosial. Untuk membentuk suatu masyarakat yang
teratur, selain dibutuhkan kesadaran dari masing-masing warga, juga diperlukan
adanya kontrol sosial dari masyarakat.
Namun kenyataannya kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku-perilaku
menyimpang menunjukkan gejala ke arah yang makin longgar. Misalnya prostitusi
yang merupakan bentuk penyimpangan sosial, namun kenyataannya masyarakat baru
merasa resah dan terganggu ketika prostitusi mulai menunjukkan aktivitas yang
menyolok. Ketika baru ada sepasang remaja yang menggunakan taman untuk berdua-
duaan tidak ada orang yang mempedulikan, bahkan mungkin masyarakat merasa itu
bukan urusannya. Namun setelah berkembang menjadi buah bibir bahwa taman itu
telah terjadi transaksi para PSK, baru masyarakat ramai-ramai merasa resah.
Oleh karena itu, masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial perlu melakukan upaya
pencegahan terhadap penyimpangan sosial dalam bentuk:
a.
Melalui pertemuan dalam lingkup RT para warga saling mengungkapkan
perlunya menjaga keteraturan sosial dan melakukan peringatan jika ada hal-hal
yang dianggap menyimpang
b.
Menciptakan suasana yang kondusif bagi terbentuknya keteraturan sosial.
Misalnya mewadahi kegiatan remaja melalui kegiatan karang taruna dengan arah
dan tujuan yang positif.
c.
Memasang peringatan atau ajakan agar warga selalu tetap menjaga
keteraturan sosial, misalnya diberlakukannya aturan bagi setiap tamu yang
bermalam harus melapor ke RT, pengamen dan pemulung dilarang masuk ke
pemukiman, dan sebagainya.
d. Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari, karena kadangkala masyarakat menganggap apa yang dilakukan sudah benar, padahal sebenarnya tidak demikian.
e. Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap pengikutnya dengan penuh kesadaran mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Jangan sampai agama justru dikorbankan sebagai kedok untuk menyembunyikan penyimpangan sosial yang telah dilakukan.
f. Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya
d. Peran serta media massa untuk menyiarkan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat dan hal-hal yang seharusnya dihindari, karena kadangkala masyarakat menganggap apa yang dilakukan sudah benar, padahal sebenarnya tidak demikian.
e. Peran serta kaum pemuka agama untuk menanamkan kesadaran kepada para pengikutnya agar menjalankan ajaran sesuai dengan nilai dan norma agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap pengikutnya dengan penuh kesadaran mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Jangan sampai agama justru dikorbankan sebagai kedok untuk menyembunyikan penyimpangan sosial yang telah dilakukan.
f. Peran serta sekolah sebagai institusi pendidikan untuk menerapkan tata tertib dilengkapi sanksi dan tindakan tegas bagi siswa yang melanggarnya
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejumlah
faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang dalam masyarakat, antara lain
adalah tidak adanya nilai dan norma, sosoialisasi yang tidak sempurna,
sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang, proses belajar yang menyimpang,
ketegangan antara budaya dan struktur sosial.
Pencegahan
terjadinya prilaku menyimpang dengan cara sebagai berikut, melalui penanaman
nilai-nilai dan norma, menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga,
keteladanan orang tua, menjaga keteraturan sosial, menciptakan suasana yang
kondusif.
B. Saran
Dengan
menyaksikan suatu penyimpangan sosila yang terjadi dalam masyarakat sudah
saatnya semua aparatur Negara turun untuk mencegah dan melakuakn pembinaan agar
penyimpangan sosial tersebut dapat dikurangi maupun terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
belajar sosiologi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar